Kartono 2011


Operator Kartono
Operator Kartono Depok

Ada yang beda mungkin di sejumlah instansi pemerintah pada hari Kamis, 21 April 2011 lalu. Sebuah pemandangan unik yang mengajak mata untuk sedikit melirik segelintir orang yang tengah mengenakan pakaian adat. Berpakaian adat yang didominasi “kejawen” pun ikut merubah suasana di Indonesia, khususnya di Ngayogyakarta tercinta.

Mungkin itu pegawai pemerintah, sekolah, dsb. Adalah Kecamatan Depok salah satunya, yang turut serta memeriahkan suasana peringatan Hari Kartini di tahun 2011 ini. Karyawan – karyawati Kecamatan Depok, beserta jajaran seluruh perangkat desa dan Kapolsek di lingkungan Depok pun menampilkan sajian pakaian adat Kejawen Mataraman Lengkap untuk kaum “Kartono”( adam ), sedangkan untuk para Kartini mengenakan kebaya nasional, khususnya Jawa. Namun, untuk pihak kepolisian tetap memakai pakaian dinasnya.

Tak ketinggalan saya pun mengenakan pakaian Mataraman guna memeriahkan Hari Kartini. Di Depok, guna memperingati semangat juang Raden Ajeng Kartini, seluruh staf, perangkat desa di wajibkan mengenakan pakaian adat tersebut, lalu mengikuti upacara. Upacara rutin setiap bulannya yang digelar tanggal 17 pun dijadikan 1 saat upacara Kartinian ini. Selain itu, upacara tanggal 21 tersebut juga untuk memperingati Hari Perlindungan Masyarakat (LinMas) dan Hari Otonomi Daerah yang juga diperingati di bulan April ini.

Ada sebuah pengalaman unik ketika saya berangkat dari rumah menuju kantor. Menurut fakta di lapangan dan kebanyakan orang bilang, warga Nyayogyakarta yang mengenakan pakaian “dinas” kejawen lengkap, ketika mengendarai sepeda motor tanpa Helm, tak akan di tilang oleh Polisi – polisi lalu lintas. Percaya atau tidak, anda harus percaya karena memang kenyataannya seperti itu. Memang, di satu sisi pengendara berpakaian jawa lengkap tak memakai helm, memang menyalahi aturan. Namun, dari segi filosofi dan adat yang berkembang di masyarakat Jogja, khususnya Kraton, itu adalah sah -sah saja.

Kita bisa melihat para abdi dalem Kraton yang mengenakan pakaian dinasnya, dengan santai melintas dan bersliweran di jalan tanpa helm pengaman. Polisi pasti membiarkan begitu saja selama dalam perjalanan aman – aman saja/tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Karena, bila ada polisi yang berani menilang pengendara yang notabene adalah Abdi Dalem Kraton, dijamin, keesokan harinya dia tidak lagi “mejeng” menjadi polisi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Mungkin dipindahtugaskan ke daerah lain yang jauh, bahkan terpencil dan pelosok. Tak tahu kenapa, tapi ada kemungkinan, memang para abdi dalem mendapat perlindungan dari Sang Raja yang punya kekuasaan penuh di Jogja.

Lantas, setiap tanggal 21 April di mana rata – rata banyak yang memperingati Hari Kartini, begitu juga banyak yang mengenakan pakaian adat. Misalnya para kaum hawa yang memakai sanggul/konde. Hal ini tidak memungkinkan kan jika harus mengenakan helm? Aneh juga, orang pakai konde kok pakai helm. Gak muat lah. Makanya, mungkin polisi memberikan dispensasi kepada mereka yang secara tidak langsung melestarikan pakaian adat Jawa tersebut.

Begitu juga saya, alih – alih mencoba petualang seru dijalanan Jogja, dan mengenakan pakaian Jawa lengkap. Saya dari rumah pun tak mengenakan helm. Tapi saya tetap membawa helm untuk berjaga – jaga, tetap membawa surat – surat lengkap. Dan ternyata memang benar, polisi membiarkan saya begitu saya “ngeksis” dan bangganya saya mengenakan pakaian mataraman. Saya yang tanpa helm pun tidak di tilang. Mana ada polisi yang berani menilang warga Jogja yang mengenakan pakaian Jawa lengkap?hehehe..sombongnya..

Dan saya pun alhamdulillah selamat sampai kantor tanpa helm ketika berkendara. Suasana hangat dan agak gimana gitu ketika saya tiba di sini. Banyak orang yang mengenakan pakaian adat, membuat saya bertambah rasa kecintaan saya terhadap Indonesia, khususnya Jogja. Nampak para ibu – ibu berpakaian kebaya, sang pria ber”blankon”nan. Tak lupa dong wat foto – foto untuk mengabadikan momen langka tersebut. Apalagi ini kan setahun sekali dan baru di tahun 2011 inilah, pertama kalinya mengikuti upacara hari Kartini mengenakan pakaian Jawa dan susunan upacaranya pun menggunakan tata Bahasa Jawa.

Leave a comment